"No Love but faithful"

Suasana hujan di siang itu, aku duduk di depan rumah memandangi hujan yang membasahi seluruh pekarangan rumahku. Dingin kurasakan suhu di luar, namun tak bisa beranjak dari dudukku, karena aku masih memikirkan suatu kisah dari sebuah keluarga. Kisah yang membuatku merasa mendapat pelajaran hidup yang luar biasa, tentang bagaimana mengahadapi masalah dalam keluarga. Ini adalah kisah nyata yang ku dengar dari seorang ayah yang mempunyai sebuah keluarga dengan sorang istri dan 4 orang anak. Dia menceritakan kisah hidupnya masa lalu, hingga sekarang dia bahagia dengan keluarganya, meskipun masih banyak masalah yang timbul di dalam keluarganya. Kisah ini ku dengar darinya saat aku pulang dari kuliah di suatu kota, ketika aku tiba di rumah ada undangan rapat pemuda di kampong, karena aku harus menghormati lingkungan tempat tinggalku maka aku berangkat ke rapat bersama teman-temanku. Di rapat itu aku lihat Pak Hadi, dia adalah orang yang suka bercanda kepada semua orang, namun dia memiliki penalaran yang luar biasa bagiku, dan juga menurut aku, dia adalah orang yang pintar dalam segala hal. Aku mendekatinya, aku mencoba untuk berbicara dengan dia, agar aku mendapatkan pengalaman yang berguna bagiku. Aku “ Halo Pak, apa kabar?”, Pak Hadi “Baik Ade, gimana kuliahmu?Lancar?”, Aku menjawab “InsyaAllah lancar Pak, kalau nggak ada halangan tahun depan aku sudah lulus (sambil tersenyum kepada Pak Hadi)”. Belum sempat panjang lebar, rapat sudah dimulai oleh ketua organisasi pemuda di kampungku. Kemudian Pak Hadi menyuruhku untuk segera hadir kedalam rapat. Setelah selesai mengikuti rapat dengan pemuda yang lain, aku mendapat tawaran Pak Hadi untuk santai di sebuah warung lesehan dekat rumahya. Aku langsung menerima tawaran Pak Hadi, karena dengan begitu aku bisa berbincang lama dengan Pak Hadi dan mendapatkan pengetahuan dari kisahnya yang tentunya menarik. Pak Hadi bertanya padaku “Menurutmu apa perbedaan dari yakin dan percaya?”, Aku pernah membaca artikel tentang pertanyaan yang sama dengan Pak Hadi, jadi aku sedikit mengerti dengan pertanyaannya, Aku menjawab “Kalo menurut pengetahuan saya, yakin itu tidak membutuhkan suatu bukti nyata sedangakan percaya itu membutuhkan suatu bukti yang memperkuat kepercayaannya itu (sambil senyum karena masih ragu dengan jawabanku)”. Pak Hadi pun tersenyum sambil menatapku dan berkata “Yah itu benar, seperti cinta, saat kita mengucapkan perasaan kita, kita selalu mengatakan percaya padaku, bukan yakinlah padaku, mengapa seperti itu?”, “Karena kita telah melakukan segalanya untuk cinta itu, benarkan?” jawab ku sambil memastikan. “Iya, kita telah melakukan segalanya untuk bisa mendapatkan kepercayaannya pada kita, tapi bila kita hidup dengan cinta itu, pastikah kita akan bahagia?” jawab dan Tanya Pak Hadi. “Tentu kita akan bahagia karena kita telah mendapatkan kepercayaan dari cinta kita, sudah sepantasnya karena kita telah mendapatkan cinta yang kita perjuangkan. Itu pendapat saya.” Jawabku. Pak Hadi menjawab “Belum tentu Ade”. Aku lumayan terkejut mendengar jawaban Pak Hadi, menurut kisah-kisah yang aku ketahui, semua cinta yang telah kita dapat dari perjuangan yang hebat akan berakhir dengan kisah yang membahagiakan, namun Pak Hadi berkata lain. Aku semakin penasaran dengan kisah hidup Pak Hadi, dia bisa mengatakan itu mungkin karena dia sudah mengalaminya, maka aku beranikan bertanya “Apakah bapak tidak bahagia dengan istri bapak, maaf sebelumnya?”. Pak Hadi tertawa mendengar pertanyaanku, “Kamu itu ada-ada saja, dengan istriku ini aku berusaha untuk membahagiakan dia karena aku seorang suami”. Aku semakin bingung dengan apa yang di ucapkan pak Hadi, “ Katanya jika kita mendapatkan cinta kita, belum tentu kita akan bahagia, trus mengapa Bapak bisa mengatakan belum tentu padahal bapak bahagia?”.”Karena aku tidak mencitai istriku”, jawab Pak Hadi. Suatu jawaban yang semakin membingungkan aku, dia tidak cinta dengan istrinya namun dia masih ingin membahagiakan istrinya Mengapa? Dalam benakku bertanya. “Mengapa Bapak tidak mencintai Istri bapak dan bagaimana bisa anda membahagiakan istri bapak jika bapak tidak mencintai dia, bukankah ada rasa tidak nyaman dengan itu?” pertanyaan panjangku, “Begini Ade, ini agak panjang ceritanya, nggak papa?” Tanya Pak Hadi,”Terus kan Pak Hadi, nggak papa, karena aku penasaran dengan kisah bapak”, jawabku.”kamu bisa lihat perbedaanku dengan istriku, dia adalah seorang yang egois, keras kepala dan tidak berpendidikan, sedangkan aku? Kamu bisa menilainya sendiri, secara logika saja aku tidak mungkin mencintai dia. Namun takdir mempertemukan kita, dia selalu ikut kemanapun aku pergi, saat itu aku tidak mempunyai apa-apa, pekerjaan pun aku tidak punya apalagi uang, yang ku salutkan dari dirinya adalah dia selalu setia meski dia tahu kalau aku tidak mencintainya, meskipun tidak makan selama beberapa hari, dia tetap bertahan disisiku. Saat itu aku mulai berfikir untuk meninggalkan dia selagi aku bisa, tapi hati ini tak sanggup, karena telah lama dia menderita bersamaku dan tidak adil jika aku meninggalkan dia begitu saja. Aku terima dia menjadi istriku, karena kesetiaanya tidak ada yang menandingi meski seseorang yang aku cinta sekalipun belum tentu akan setia seperti dia. Setelah menikah dengannya, keadaan kami semakin terpuruk hingga aku berniat untuk meninggalkannya lagi, beberapa tahun kemudian anak pertama kami lahir, aku member nama dia May. Kamu tau kenapa aku beri nama May?”Tanya Pak hadi. Aku sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan pak Hadi, karena aku telah terhanyut dengan cerita Pak hadi tentang istrinya yang setia meski dia bukan cinta dari Pak Hadi, “Tidak Pak”. “May itu mempunyai arti sendiri, tadi aku ceritakan, sebelum anak pertamaku lahir, aku sudah berfikir untuk meninggalkan istriku, jadi arti May itu adalah Maafkan Ayah. Sedikit kejam memang aku member nama anakku dengan seenaknya, namun saat itu egoku yang menguasai keadaan. Setelah ku berikan nama itu, beberapa hari kemudian aku mendapat pekerjaan sebagai mandor di pabrik, aku melupakan fikiran untuk meninggalkan mereka. Tapi, pekerjaan itu tidak lama hingga kami terpuruk lagi, muncul lagi fikiran untuk meninggalkan anak dan istriku, belum sempat aku meninggalkan mereka, anak kedua ku lahir, aku berikan nama Ema Exsan, yang artinya adalah E itu Exsan dan ma adalah maafkan ayah, nama yang sama dengan kakaknya. Sudah takdir Tuhan pasti, setelah anakku itu beranjak dewasa aku mendapat pekerjaan lagi sebagi pelukis, walau gaji tak seberapa namun egoku menghilang sehingga aku tak jadi meninggalkan mereka.”. “ Wah pak anak itu anugerah pasti”, potongku. “Iya Anugerah yang menuntunku kejalan yang tepat, tapi belum selesai disitu,pendapatan ku tidak memungkinkan aku untuk menghidupi keluargaku. Aku keluar untuk mendapatkan kerja yang lebih baik dan cukup untuk menghidupi keluargaku. Selama 4 bulan aku belum mendapatkan pekerjaan dan kami hidup di bawah belas kasihan Ayah Ibuku, aku mulai memantapkan langkah untuk meninggalkan keluargaku, karena bagiku untuk apa lagi di pertahankan karena aku tidak mencintai istri ku. Aku bisa meninggalkan dia, namun Tuhan memberikan ku anak lagi, mungkin beban yang harus aku jalani atau anugerah, aku member nama dia Amson yang berarti I am sorry Son. Anak ketiga yang telah ku beri nama yang sama artinya dengan nama Kedua kakaknya, sebagai ayah aku seharusnya malu, aku mulai berfikir untuk membalas semua perbuatanku dengan membahagiakan mereka. Aku berusaha keras mencari pekerjaan dan berhenti pada sebuah pekerjaan yang bisa menghidupi ke tiga anakku. Saat itu kehidupanku sudah mapan, beberapa tahun kemudian istriku melahirkan anak yang keempat, dimana anak itu bertepatan dengan bertambahnya rejeki dari pekerjaan ku, aku member nama dia Aldi, nama yang tidak sama artinya dengan ketiga kakaknya. Anak terakhir itu yang membuka mataku, betapa pentingnya kehadiran anak di keluarga kita. Anak adalah suatu anugerah yang pantas kita rawat dan membahagiakannya, dengan seeorang istri yang setia disisiku, yang mau bertahan walaupun aku susah dan menderita. Walaupun tak ada cinta di hatiku untuk istriku namun aku berusaha untuk setia membalas kesetiaanya padaku, tanpa harus memunculkan rasa tidak nyaman atau kecewa karena telah memilihnya menjadi istriku, karena Tuhan telah memberikan dia sebagai kado tak terduga di kehidupanku. Intinya Ade,orang yang ada di sisimu, jangan pernah kau buang sia-sia, karena mungkin orang yang ada disisimu adalah pendamping yang akan membawamu dalam kebahagiaan yang sesungguhnya” cerita Pak Hadi yang begitu panjang. Aku menerima cerita dari Pak Hadi, betapa hebatnya Tuhan merencanakan kehidupan seorang manusia. Cinta yang tak pernah ada dalam kehidupan Pak Hadi kepada Istrinya, tapi mampu menimbulkan kesetiaan yang belum tentu dua orang yang saling mencintai miliki.Istrinya memiliki kesetiaan yang luar biasa dan cinta, Pak Hadi yang memiliki logika yang hebat, mampu bersatu meski tak ada cinta di kedua belah pihak. Kisah yang selalu aku ingat, tak harus dia yang sangat ku cinta yang akan jadi pendamping ku, namun orang yang mampu setia dan mencintai ku apa adanya yang akan aku pilih menjadi pendamping hidupku yang sederhana.
Ade White Flash

dalam kehidupan kita pasti akan melihat kita atau orang lain merasakan keberhasilan, namun percaylah bahwa disetiap oang memiliki keberhasilan sendiri-sendiri

Posting Komentar

Silahkan isi komentar jika ada pertanyaan, saran atau kritik. Bantu kami untuk lebih berkembang.

Lebih baru Lebih lama